Untuk membuat wadah budidaya ikan konsumsi diperlukan desain dan konstruksi wadah yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Wadah budidaya ikan sendiri terdiri dari kolam, bak, akuarium dan keramba atau jaring apung. Desain merupakan perencanaan dalam pembuatan wadah budidaya ikan. Sedangkan konstruksi adalah susunan (model, tata letak) wadah yang akan dibuat. Wadah tersebut tentunya memiliki desain dan konstruksi sesuai dengan tujuan pembuatan wadah budidaya ikan.
Dalam merencanakan pembuatan wadah dan peralatan budidaya ikan pengusaha perlu melakukan persiapan sebaik mungkin agar produk yang dihasilkan mempunyai manfaat dan berdaya saing tinggi. Sebelum pembuatan wadah, sebaiknya dilakukan pembuatan disain dari wadah tersebut. Disain yang akan dibuat disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia. Disain akan mempermudah pembuatan wadah yang sebenarnya, sehingga kerugian akibat kegagalan proses pembuatan dapat dihindari.
Wadah budidaya ikan konsumsi yang dibuat nantinya dapat berguna untuk proses budidaya ikan tersebut. Wadah tersebut dapat berfungsi sebagai tempat pematangan gonad, tempat pemijahan, tempat penetasan telur, tempat endederan, tempat pembesaran, tempat pemberokan, tempat karantina (ikan sakit / ikan baru), dan pengelolaan kualitas Air (filter, pengendapan, pengolah limbah, ozonisasi).
Wadah budidaya ikan konsumsi yang dibuat nantinya dapat berguna untuk proses budidaya ikan tersebut. Wadah tersebut dapat berfungsi sebagai tempat pematangan gonad, tempat pemijahan, tempat penetasan telur, tempat endederan, tempat pembesaran, tempat pemberokan, tempat karantina (ikan sakit / ikan baru), dan pengelolaan kualitas Air (filter, pengendapan, pengolah limbah, ozonisasi).
a. Desain dan kontruksi kolam
Desain kolam bisa berbentuk persegi, persegi panjang, lingkaran, trapesium, segitiga bahkan bentuk tidak beraturan. Hal tersebut disesuikan dengan kondisi lahan dan lokasi. Bentuk kolam yang umum digunakan adalah persegi dan persegi panjang.
Perlu diperhatikan tentang persyaratan teknis kontruksi kolam. Kolam yang akan digunakan sebaiknnya mempunyai pematang kolam, dasar kolam dan pintu air.
- Pematang kolam dibuat untuk menahan massa air di dalam kolam agar tidak keluar. Tanah yang cocok untuk membuat pematang adalah tanah liat. Tanah liat memiliki sifat lengket, tidak poros, tidak mudah pecah dan mampu menahan air. Ukuran pematang disesuaikan dengan ukuran kolam. Jenis tanah untuk pematang harus kompak dan kedap air agar pematang tidak mudah bocor.
- Dasar kolam dibuat miring menuju saluran pembuangan air.
- Saluran air dibuat keliling (ceren) dan tegah (kamalir). Saluran air ini dibuat miring kearah saluran pembuangan air untuk memudahkan pengeringan kolam dan pemanenan ikan.
- Pintu air pada kolam terdiri dari pintu masuk dan keluar yang terpisah. Letak pintu pemasukkan dan pengeluaran air sebaiknya berada di tengah-tengah sisi kolam terpendek agar air dalam kolam dapat berganti seluruhnya.
Pada wadah sistem tradisioanal/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagiannya terbuat dari tanah. Tanah liat / lempung yang sedikit berpasir, mudah dibentuk, tidak mudah pecah, tidak melekat ditangan apabila dibentuk sesuatu, cocok untuk pembuatan kolam. Pembuatan kolam dengan bahan tanah memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut.
- Kelebihan yaitu biaya relatif murah, dapat membantu penyediaan pakan alami (plankton) , perombakan sisa pakan dan metabolisme bisa terjadi secara alami
- Kekuranganyaitu rentan terhadap kebocoran akibat hewan perusak (ex: kepiting), serta akibat tekanan air dari dalam dan luar kolam, terutama apabila hujan deras, sulit untuk mengontrol hewan predator, dan sulit mengontrol debit air yang masuk
- Kelebihan yaitu tahan terhadap kebocoran akibat hewan, tahan terhadap tekanan air kolam, memudahkan dalam pengontrolan air dan hewan pengganggu, dan kualitas air bisa dikontrol lebih cermat
- Kekurangan yaitu biaya lebih mahal jika dibandingkan dengan sistem tradisional, penyediaan pakan alami pada kolam tembok lebih sedikit, dan proses penguraian alami sulit terjadi
b. Desain dan kontruksi bak
Desain dan kontruksi bak pada dasarnya hampir sama dengan kolam. Desain dan kontruksi bak terpal/ plastik banyak digunakan dalam kegiatan budidaya ikan konsumsi. Hal ini dilakukan untuk menyiasati lahan yang terbatas dan kemudahan dalam proses pemeliharaan ikan konsumsi. Desain dan kontruksi bak terpal/plastik disesuaikan dengan beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
- Jenis ikan konsumsi yang akan dibudidayakan
- Tahapan budidaya pembenihan atau pembesaran.
- Keseimbangan antara volume air dan penyanggabak harus kuat.
- Dasar peletakan untuk bak terpal/plastik harus rata agar tidak mudah bocor. Hal ini bisa dilakukan dengan meratakan tanah terlebih dahulu kemudian diberikan sekam.
- Ukuran bak disesuikan dengan ketersedian lahan
- Distribusi air dan pengeluaran limbah produksi
- Adanya jalur panen dan akses pengelolaan ikan
c. Desain dan kontruksi akuarium
Bentuk akuarium yang biasa digunakan adalah bentuk segi empat, trapezium, segi enam, segi delapan, elips dan botol. Setelah mengetahui bentuknya hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran ketebalan kaca berkisar antara 3 mm – 16 mm. Ukuran ketebalan kaca untuk dasar akuarium sebaiknya ditambah 1-2 mm. Semakin besar ukuran akuarium maka semakin tebal ukuran kaca. Perbandingan antar ukuran akuarium dengan ketebalan kaca antara lain sebagai berikut.
Tebal Kaca (mm) | Panjang Akuarium (cm) | Lebar Akuarium (cm) | Tinggi Akuarium (cm) |
3 | 30 | 20 | 20 |
3 | 40 | 20 | 30 |
3 | 50 | 30 | 30 |
5 | 70 | 35 | 35 |
5 | 80 | 40 | 40 |
6 | 90 | 45 | 45 |
6 | 120 | 50 | 50 |
10 | 150 | 45 | 50 |
10 | 150 | 45 | 60 |
10 | 180 | 45 | 60 |
12 | 190 | 50 | 60 |
16 | 200 | 70 | 65 |
d. Desain dan kontruksi jaring apung/ keramba jaring apung
Konstruksi wadah jaring apung terdiri dari dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring. Kerangka berfungsi sebagai tempat pemasangan kantong jaring dan tempat lalu lalang orang memberi pakan dan panen. Kantong jaring apung merupakan tempat pemeliharaan ikan.
Jaring apung secara sederhana bisa dibuat dari bambu. Keramba jenis ini biasa digunakan di aliran air sungai atau selokan dengan arus air yang cukup besar. Perlu memperhitungkan konstruksi wadah secara baik dan benar agar diperoleh wadah budidaya yang mempunyai masa pakai yang lama. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan adalah:
- Arus air, diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada supaya terjadi pergantian air dan oksigen dengan baik, serta dapat menghayutkan sisa makanan dan kotoran. Tingkat kesuburan, jenis perairan yang baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jarring apung adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang. Tingkat kesuburan tinggi berpengaruh buruk terhadap ikan karena kandungan oksigen pada malam hari relatif rendah.
- Bebas dari pencemaran, adanya penambahan benda/materi ke dalam perairan dapat menimbulkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi fungsinya.
- Kualitas air, perairan yang dipilih harus memiliki kualitas air yang memenuhi persyaratan untuk pertumbuhan ikan
- Kontruksi keramba jaring apung terdiri dari kerangka, pelampung, pengikat, jangkar, kantong jaring, pemberat, tali nilon dan tambang.