- Yang namanya lelembut, Jin, setan, dan berbagai macam sebutan yang lainnya menurut kitab suci memang ada dan harus diakui keberadaannya. Menurut pendapatnya orang banyak,
ada lelembut yang bisa dimintakan bantuannya untuk mencari uang, membuat sengsara orang lain, diminta bantuannya untuk menjaga dirinya sehingga orang tersebut dianggap sakti. Makanya ada orang yang dikatakan sakti mandraguna,
kebal senjata apapun, dan sebagainya yang menunjukkan kesaktiannya. Kebanyakan orang yang berteman/bersekutu dengan bangsa lelembut tersebut, diakhir hidupnya mendapat kesengsaraan. Hartanya tidak abadi, kesaktiannya menguap, dan lain-lainnya (Betul atau tidak..aku tak tahu :D )
Ini ada cerita tentang lelembut yang suka mengganggu yang kuhaturkan untuk para pembaca.
Temanku, sebut saja namanya Pak Mijan (samaran) , tinggal Klaten. Dia adalah seorang teknisi di Radio W, bercerita tentang pengalaman pribadinya yang berhubungan dengan bangsanya lelembut.
Beliau adalah seorang sarjana, setengah percaya setengah tidak dengan polahnya bangsa lelembut yang senang menggangu manusia. Karena sering mengalami hal-hal itu, dia menjadi percaya bahwa bangsa ghoib memang ada yang senang mengganggu manusia. Inilah ceritanya.
Di lingkungan studio radio W itu ada batu hitam besar. Sudah sering dan bolak-balik yang punya tanah ingin sekali menyingkirkan batu itu supaya tidak mengganggu pemandangan dan mengganggu jalan.
Namun keinginan itu sering tidak tercapai. Sore punya rencana, malamnya dalam mimpi seperti didatangi orang yang wujudnya seperti Pak Mijan.
"Batu itu jangan dipindah!", kata wujud seperti Pak Mijan di dalam mimpi. Begitulah sering terjadi berulang kali dalam mimpi. Makanya, yang punya tanah tidak jadi melaksanakan niatnya. Katanya takut kalau harus memindahkan/menyingkirkan batu hitam itu, nanti bakal mendapatkan hal yang tidak baik.
Juga para kru juga sering mengalami kejadian-kejadian aneh. Banyak kru penyiar tidak berani siaran sendiri, harus ada yang menemani saat malam hari.
Soalnya sering dari ruang teknisi melihat wujud seperti Pak Mijan, tapi setelah disapa ..hilang.. Kalau yang punya rumah, ya yang punya radio yang bernama Pak Cipto (samaran), kalau mau pergi saja, suka nggak suka, harus pamitan terlebih dahulu dengan penunggu batu itu. "Sudah ya mbah, saya pergi dulu."
Kalau tidak pamitan atau melakukan seperti itu, akan banyak kejadian aneh di studio radio itu. Seperti megaphone bunyi sendiri, ada suara-suara nggak jelas dan aneh tanpa wujud. Suara itu asalnya dari peralatan elektronik.
Dan kadangkala peralatan siaran mendadak rusak. Ada lagi yang lebih aneh, suatu hari ada peralatan dari tower antena radio "tidak berfungsi" sehingga suara siaran radio jadi nggak jelas.
Pancaran gelombang siaran radio tidak bisa jauh jangkauannya dan suaranya menjadi pecah-pecah (kemresek..jawanya) tidak karuan. Makanya Pak Cipto kebingungan, kalau sampai masalah tersebut tidak segera diatasi, bakal ada penggemar radio yang pindah ke radio lain.
"Bagaimana ini Pak Mijan?" tanya beliau kepada teknisinya yang memang ahli itu. Yang ditanya cuma hanya tersenyum dan tanggap yang dimaui bossnya. Tanpa banyak bicara, Pak Mijan langsung memanjat tower yang lumayan tinggi. Sebentar saja dia sudah nangkring di atas dan segera bekerja. Selang beberapa menit pekerjaannya selesai dan segera turun.
Tiba-tiba.."Waduh-waduh..."Pak Mijan teriak-teriak keras setelah sudah sampai di bawah. Tangan kirinya menunjuk lengan tangan kanannya yang terlihat bengkak dan ngilu.
Para penyiar segera mendekati Pak Mijan dan mencoba menolong, ada yang memijitin, ada yang mengolesi dengan minyak gosok. Tapi tetap saja tidak berkurang bengkak dan ngilunya.
"Tadi bagaimana kejadiannya?" ada salah satu penyiar yangbertanya.
"Rasanya seperti disengat tawon, sebelum jadi seperti ini, " jawab Pak Mijan sambil meringis menahan sakit.
Pak Cipta segera diberitahu oleh salah satu penyiar kalau ada kejadian yang menimpa Pak Mijan, lalu segera menyuruh untuk memanggil orang tua (orang pintar tentang makhluk gaib).
Menurut pendapat orang tua itu, kejadian tersebut disebabkan ulah dari penunggu batu hitam itu. Orang tua itu bernama Pak Joyo (samaran) , beliau sangat mengetahui sejarah daerah tersebut.
Menurut cerita banyak orang, tempat itu dulu untuk tempat eksekusi orang Belanda dan orang Jepang. Juga tahu digunakan tempat untuk gantung diri. Makanya tidaklah heran, tempat itu menjadi angker.
Pak Joyo tidak melakukan sesuatu untuk menyembuhkan lengan kanannya Pak Mijan, hanya bertanya kepada Pak Mijan. "Jenengan (kamu) tadi tidak mengatakan permisi dulu ya?" Jawab Pak Mijan,
" Permisi dengan siapa ya, pak??" Pak Joyo berkata, "Ahh jenengan (kamu) pura-pura nggak ngerti, ya sama Simbah (makhluk gaib)!"..... "Oalah, iya, bener," jawab Pak Mijan.
Kata Pak Joyo, "Ya sudah, sekarang kamu minta maaf sama Simbah (makhluk gaib). Di sana ada di bawah tower sana!" Pak Mijan pun tanggap dengan perintah Pak Joyo, lalu segera dia berjalan menuju ke arah tower radio.
" Mbah, saya minta maaf ya, atas kejadian tadi, saya tadi belum permisi sama Simbah!" kata Pak Mijan. Setelah 1 hari, bengkak dan ngilunya lengan kanan Pak Mijan berkurang, bahkan sudah sembuh.
ada lelembut yang bisa dimintakan bantuannya untuk mencari uang, membuat sengsara orang lain, diminta bantuannya untuk menjaga dirinya sehingga orang tersebut dianggap sakti. Makanya ada orang yang dikatakan sakti mandraguna,
kebal senjata apapun, dan sebagainya yang menunjukkan kesaktiannya. Kebanyakan orang yang berteman/bersekutu dengan bangsa lelembut tersebut, diakhir hidupnya mendapat kesengsaraan. Hartanya tidak abadi, kesaktiannya menguap, dan lain-lainnya (Betul atau tidak..aku tak tahu :D )
Ini ada cerita tentang lelembut yang suka mengganggu yang kuhaturkan untuk para pembaca.
Temanku, sebut saja namanya Pak Mijan (samaran) , tinggal Klaten. Dia adalah seorang teknisi di Radio W, bercerita tentang pengalaman pribadinya yang berhubungan dengan bangsanya lelembut.
Beliau adalah seorang sarjana, setengah percaya setengah tidak dengan polahnya bangsa lelembut yang senang menggangu manusia. Karena sering mengalami hal-hal itu, dia menjadi percaya bahwa bangsa ghoib memang ada yang senang mengganggu manusia. Inilah ceritanya.
Di lingkungan studio radio W itu ada batu hitam besar. Sudah sering dan bolak-balik yang punya tanah ingin sekali menyingkirkan batu itu supaya tidak mengganggu pemandangan dan mengganggu jalan.
Namun keinginan itu sering tidak tercapai. Sore punya rencana, malamnya dalam mimpi seperti didatangi orang yang wujudnya seperti Pak Mijan.
"Batu itu jangan dipindah!", kata wujud seperti Pak Mijan di dalam mimpi. Begitulah sering terjadi berulang kali dalam mimpi. Makanya, yang punya tanah tidak jadi melaksanakan niatnya. Katanya takut kalau harus memindahkan/menyingkirkan batu hitam itu, nanti bakal mendapatkan hal yang tidak baik.
Juga para kru juga sering mengalami kejadian-kejadian aneh. Banyak kru penyiar tidak berani siaran sendiri, harus ada yang menemani saat malam hari.
Soalnya sering dari ruang teknisi melihat wujud seperti Pak Mijan, tapi setelah disapa ..hilang.. Kalau yang punya rumah, ya yang punya radio yang bernama Pak Cipto (samaran), kalau mau pergi saja, suka nggak suka, harus pamitan terlebih dahulu dengan penunggu batu itu. "Sudah ya mbah, saya pergi dulu."
Kalau tidak pamitan atau melakukan seperti itu, akan banyak kejadian aneh di studio radio itu. Seperti megaphone bunyi sendiri, ada suara-suara nggak jelas dan aneh tanpa wujud. Suara itu asalnya dari peralatan elektronik.
Dan kadangkala peralatan siaran mendadak rusak. Ada lagi yang lebih aneh, suatu hari ada peralatan dari tower antena radio "tidak berfungsi" sehingga suara siaran radio jadi nggak jelas.
Pancaran gelombang siaran radio tidak bisa jauh jangkauannya dan suaranya menjadi pecah-pecah (kemresek..jawanya) tidak karuan. Makanya Pak Cipto kebingungan, kalau sampai masalah tersebut tidak segera diatasi, bakal ada penggemar radio yang pindah ke radio lain.
"Bagaimana ini Pak Mijan?" tanya beliau kepada teknisinya yang memang ahli itu. Yang ditanya cuma hanya tersenyum dan tanggap yang dimaui bossnya. Tanpa banyak bicara, Pak Mijan langsung memanjat tower yang lumayan tinggi. Sebentar saja dia sudah nangkring di atas dan segera bekerja. Selang beberapa menit pekerjaannya selesai dan segera turun.
Tiba-tiba.."Waduh-waduh..."Pak Mijan teriak-teriak keras setelah sudah sampai di bawah. Tangan kirinya menunjuk lengan tangan kanannya yang terlihat bengkak dan ngilu.
Para penyiar segera mendekati Pak Mijan dan mencoba menolong, ada yang memijitin, ada yang mengolesi dengan minyak gosok. Tapi tetap saja tidak berkurang bengkak dan ngilunya.
"Tadi bagaimana kejadiannya?" ada salah satu penyiar yangbertanya.
"Rasanya seperti disengat tawon, sebelum jadi seperti ini, " jawab Pak Mijan sambil meringis menahan sakit.
Pak Cipta segera diberitahu oleh salah satu penyiar kalau ada kejadian yang menimpa Pak Mijan, lalu segera menyuruh untuk memanggil orang tua (orang pintar tentang makhluk gaib).
Menurut pendapat orang tua itu, kejadian tersebut disebabkan ulah dari penunggu batu hitam itu. Orang tua itu bernama Pak Joyo (samaran) , beliau sangat mengetahui sejarah daerah tersebut.
Menurut cerita banyak orang, tempat itu dulu untuk tempat eksekusi orang Belanda dan orang Jepang. Juga tahu digunakan tempat untuk gantung diri. Makanya tidaklah heran, tempat itu menjadi angker.
Pak Joyo tidak melakukan sesuatu untuk menyembuhkan lengan kanannya Pak Mijan, hanya bertanya kepada Pak Mijan. "Jenengan (kamu) tadi tidak mengatakan permisi dulu ya?" Jawab Pak Mijan,
" Permisi dengan siapa ya, pak??" Pak Joyo berkata, "Ahh jenengan (kamu) pura-pura nggak ngerti, ya sama Simbah (makhluk gaib)!"..... "Oalah, iya, bener," jawab Pak Mijan.
Kata Pak Joyo, "Ya sudah, sekarang kamu minta maaf sama Simbah (makhluk gaib). Di sana ada di bawah tower sana!" Pak Mijan pun tanggap dengan perintah Pak Joyo, lalu segera dia berjalan menuju ke arah tower radio.
" Mbah, saya minta maaf ya, atas kejadian tadi, saya tadi belum permisi sama Simbah!" kata Pak Mijan. Setelah 1 hari, bengkak dan ngilunya lengan kanan Pak Mijan berkurang, bahkan sudah sembuh.